Lahan bekas tambang akan dilakukan rehabilitasi dengan menanam vegetasi. Pemilihan tanaman dilakukan untuk menentukan spesies tanaman yang dapat tumbuh dengan optimal. Pada kasus ini kondisi lahan bekas tambang memiliki kondisi cuaca yang sangat ekstrim dimana suhu sangat tinggi dan kering. Oleh karena itu, tanaman yang akan ditanam pada lahan harus memiliki tingkat toleransi dengan kondisi ekstrim.
Lokasi project berada pada tambang emas stawell, Western Victoria, Australia. Pada lokasi ini terdapat 3 tanaman native yang dipilih untuk ditanam pada lahan bekas tambang yaitu Eucalyptus cladocalyx, Eucalyptus melliodora & Eucalyptus polybractea. Ketiga spesies tanaman akan dimonitoring dengan menggunakan Sap flow meter untuk mengukur penggunaan air masing-masing tanaman.
Tiga sampel tanaman dari masing-masing spesies dilakukan pemantauan aliran sap dengan menggunakan sap flow meter. Pemantauan dilakukan selama 18 bulan (Desember 2009 – Maret 2011). Automatic weather station dipasang di lokasi untuk memantau kondisi suhu dan defisit tekanan uap lingkungan. Korelasi antara aliran sap pohon dengan kondisi suhu dan defisit tekanan uap (VPD) akan dianalisa untuk menentukan tanaman yang memiliki toleransi pada kondisi suhu dan kekeringan tinggi.

Hasil

- Pada saat 18 bulan pengambilan data terdapat gap yang diakibatkan malfungsi pada solar panel
- J (cm3 cm-2 day-1) adalah sap flux density yang telah dikoreksi dengan diameter batang tanaman
- Eucalyptus cladocalyx memiliki sap flux hingga 4 kali lebih tinggi diantara spesies lainnya.
- Sap flux menunjukan pola yang berbeda pada setiap musim : pada musim dingin rendah dan tinggi pada musim panas.
Rata-rata Penggunaan Air (Q Liter hari-1)

Sap Flow Pada Kondisi Suhu Berbeda



- Eucalyptus cladocalyx memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap kondisi suhu dan lingkungan kering
- Untuk revegetasi pada lahan tambang sebaiknya menggunakan Eucalyptus cladocalyx