Transpirasi pada tanaman adalah proses bergeraknya air dari tanah melalui penyerapan akar, ditransportasikan ke daun melalui jaringan pembuluh xylem (sapwood).
Air pada daun dihangatkan oleh matahari akan berubah menjadi uap dan keluar melalui ribuan stomata yang berada pada permukaan daun.
Proses transpirasi dikontrol oleh stomata (mulut daun) yang membuka dan menutup akibat pengaruh dari kondisi lingkungan dan cuaca.
Pada saat kondisi lingkungan memungkinkan tanaman melakukan fotosintesis, stomata membuka untuk memasilitasi pertukaran gas antara tanaman dan atmoser dan juga penyerapan air oleh akar[1].
Pada kondisi Ketika suhu tinggi, proses metabolisme tanaman akan terhambat bahkan pada kondisi suhu ekstrim tanaman dapat mengalami stess dan mati. Transpirasi berperan sebagai proses untuk sistem penyejuk untuk menurunkan suhu tanaman.
Tetapi dikarenakan proses tersebut membuat tanaman kehilangan air, proses itu harus di diatur dengan baik. Stomata daun memiliki sel penjaga yang berperan sebagai pengatur ukuran pembukaan stomata.
Sel penjaga sangat sensitif terhadap radiasi cahaya, suhu, angin, kelembaban dan konsentrasi karbon dioksida di dalam daun.
Secara sederhana, proses transpirasi memiliki beberapa fungsi untuk tanaman yaitu; membantu tanaman untuk menghantarkan air & mineral menuju daun untuk proses fotosintesis, sebagai sistem penyejuk yang dapat menurunkan suhu pada tanaman dan menjaga tekanan turgor pada sel tanaman.

Meskipun total area stomata pada permukaan daun hanya sekitar 5%[2], proses penguapan air pada stomata memegang peran utama sebagai pengontrol pada siklus air dan karbon di dunia.
Pada ekosistem di dunia, tanaman menyumbang 32 × 103 milyar ton uap air ke atmosfer dalam setahun hal ini setara dengan 30% curah hujan yang jatuh ke bumi[3].
Dalam praktiknya, dengan mengetahui transpirasi tanaman kita dapat mengetahui kebutuhan air pada tanaman. Berbagai metode dikembangkan untuk mengukur kebutuhan air pada tanaman.
Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk mengukur kebutuhan air pada tanaman adalah pengukuran evapotranspirasi.
Pengukuran evapotranspirasi dikembangkan dengan berbagai metode, salah satu metode yang paling umum digunakan adalah dengan melakukan estimasi evapotranspirasi (ETo) dengan menggunakan persamaan penman-monteith.
Selain itu, pendekatan lain untuk melakukan pengukuran ET dilakukan dengan instalasi instrument seperti; lysimeter dan eddy covariance.
Pengukuran transpirasi tersebut dilakukan dengan pendekatan lingkungan, hanya sedikit metode pengukuran langsung pada tanaman yang tersedia.
Dalam perkembangannya pengukuran pada tanaman langsung dapat dilakukan dengan menggunakan Sap Flow Meter.
Daftar Pustaka
- Shin-ichiro Inoue, Toshinori Kinoshita. Blue Light Regulation of Stomatal Opening and the Plasma Membrane H+-ATPase. Plant Physiol. 2017; 174(2): 531–538.
- Beerling, D. J., Peter J. F. The hidden cost of transpiration. Nature ; Plant science vol. 464. 2010: 495-496.
- Hetherington, A., Woodward, F. The role of stomata in sensing and driving environmental change. Nature 424, 901–908 (2003). https://doi.org/10.1038/nature01843
- Allen, R.G.; Pereira, L.S.; Raes, D.; Smith, M. Crop Evapotranspiration: Guidelines for Computing Crop Water Requirements; FAO Irrigation and Drainage Paper No. 56; FAO: Rome, Italy, 1998